Loading...

India merupakan salah satu negara sekuler yang dibangun atas kebebasan individu. Inilah yang menjadikan India sebagai negara yang paling berbeda di peta dunia. Seperti yang kita tahu menjelang tahun 2020, Tanishq (salah satu toko perhiasan/pakaian online yang dimiliki oleh perusahaan Titan/TCL di India) pernah membuat sebuah iklan yang mempromosikan tentang hubungan antar agama, yang mana iklan ini kemudian banyak menerima protes keras. Apakah iklan tersebut sebaiknya dihapus? 

Bagi segelintir orang yang cukup tanggap melihatnya, menganggap bahwa sebelumnya sudah ada beberapa tanda-tanda iklan tersebut dapat menimbulkan prahara—baik dalam bentuk meningkatnya ujaran kebencian (sarkas), kerusuhan, maupun protes massal. Namun, bagi sebagian besar orang, kegagalan iklan Tanishq muncul dikarenakan sikap intoleransi yang masih kental hidup di India.

Namun, bagaimanapun, (di sisi lain) itu pula lah yang mendorong mereka untuk maju melawan kefanatikan dan pengalaman pribadi mereka tentang hubungan cinta beda agama. Lebih-lebih wanita, karena iklan Tanishq berpusat (atau berorientasi) pada wanita, iklan ini cukup sukses pada masanya sebagai tempat berbagi kisah mengharukan tentang pernikahan beda agama mereka, yang terlepas dari perbedaan budaya.

Untuk yang belum tahu, (beberapa waktu lalu) Tanishq merilis sebuah iklan perhiasan Ekatvam, pada tanggal 9 Oktober yang memperlihatkan keluarga Muslim yang mengadakan acara baby shower (godbharai) untuk menantu perempuan Hindu mereka. 

Namun, hanya dalam waktu beberapa jam saja, iklan tersebut pun mulai mendapat kecaman oleh para fanatikus agama yang mengancam akan memboikot iklan Tanishq karena dianggap mempromosikan "jihad cinta" (pindah agama melalui cinta/pernikahan). Disebabkan kecaman yang begitu parah tersebut, mereka terpaksa harus menarik kembali iklan tersebut pada 12 Oktober, dengan alasan kekhawatiran atas "keselamatan" karyawan mereka. (Bahkan) kabarnya, brand manager perusahaan tersebut telah mendapat ancaman, begitu pula staf toko lainnya di Gujarat.

Perempuan berbagi kisah mengharukan tentang pernikahan beda agama

Untuk meminimalisir lingkungan yang tidak bersahabat di media sosial Tanishq, dan kelompok Hindu-Muslim secara umum, para wanita ini menunjukkan kepada kita bahwa agama tidak pernah menjadi penghalang bagi cinta. Ketika konsep seorang wanita Hindu yang menikah dalam rumah tangga Muslim tidak dapat diterima oleh para ekstrimis (para fanatik agama), kesaksian para wanita ini menjadi harapan di masa-masa suram ini. Kisah para wanita ini memberi tahu kita bahwa konsep seperti itu bukan hanya mungkin terjadi, tetapi juga turut aktif dalam menjaga utas (relasi) lintas budaya (keragaman) India tetap utuh. 

Seperti Troll—mereka menanyakan mengenai konsekuensi dari sebuah iklan yang menggambarkan seorang wanita Muslim yang menikah dalam keluarga Hindu; “Mengapa tidak sebaliknya?”—mereka bertanya. 

Kisah wanita ini adalah jawaban yang tepat untuk mereka. Seorang wanita Muslim yang berbagi foto pernikahannya dengan seorang pria Hindu dengan adat istiadat Hindu, menulis di Twitter: "Nama saya adalah Zara Farooqui dan saya menikah dengan Nikhil Parwal... untuk beberapa fanatikus agama dan berpikiran sempit hal ini tentu hal yang mustahil, tetapi di India ini adalah hal yang nyata, yang melampaui kasta dan agama—hal itu bisa terjadi."

 

Pengguna media sosial lainnya juga menulis:

 

Rasika Agashe, seorang penulis puisi, di tengah kontroversi berbagi foto dari godbharai-nya setelah pernikahannya dengan aktor Mohammad Zeeshan Ayub Khan. Keduanya selalu masif—mempromosikan perdamaian dan keharmonisan di media sosial.

 

Jurnalis Suhasini Haidar, putri politisi Subramanian Swamy, juga pernah menikah beda agama dan menulis tentang keragaman dalam keluarganya:

 

Aktor dan penyiar televisi Mini Mathur juga menentang sentimen serupa, pasca menikah dengan produser film Kabir Khan. Dalam serangkaian cerita di Instagram, dia menulis, “Sungguh memilukan Tanishq terpaksa menghapus salah satu iklan terindah yang pernah mereka buat. Padahal saya (justru) mendapatkan lebih banyak cinta dalam pernikahan multikultural saya!"

Wartawan dan tokoh televisi terkenal Mrinal Pande juga berbagi anekdot pribadi tentang putrinya yang menikah dengan keluarga Muslim. 

 

Mereka yang menentang iklan Tanishq ini harus ingat bahwa warisan India ditentukan oleh koeksistensi budaya yang sudah berlangsung lama. Kami adalah negara yang dibangun di atas kebebasan pribadi warga negara sekuler. Inilah yang membedakan India sebagai titik paling berwarna di peta dunia. Dan penolakan terhadap hal ini berpotensi dapat membahayakan tatanan budaya kita.

Pandangan yang diungkapkan adalah milik penulis.

• • • 

Essai ini ditulis oleh Tanvi Akhauri dengan judul asli “Tanishq Controversy Prompts Women To Share Personal Stories Of Successful Interfaith Marriages.” Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Deni Kodaryani.

Deni KodaryaniPengagum Fiersa Besari


Lebih baru Lebih lama